Download

google_language = ‘en’

Nur Ali, Produsen Slop Roket PT Pindad yang Buta Huruf; Dites Langsung Teknisi Senjata asal Jerman

Oleh: ABDUL MUNTHOLIB

Ketelatenan dan kerja keras Nur Ali ini patut jadi contoh. Meski tidak bisa membaca dan menulis, ia menjadi salah satu orang penting bagi PT Pindad, Bandung. Keterampilan membuat slop (pembungkus) roket menjadikan produknya diakui industri persenjataan negara.

Tak terlalu sulit mencari rumah Nur Ali di Dusun Babaan, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso. Meski rumahnya nylempit di ujung gang, tapi hampir semua masyarakat desa kenal dengan nama Nur Ali. Karena ia merupakan salah satu entrepreneur sukses pembuat slop shuttle cock. "Oh mencari Nur Ali kock, di gang sempit sana," tunjuk salah satu ibu di pintu masuk desa kemarin. Usaha utama Nur Ali memang membuat slop untuk shuttle cock. Ia menjadi pemasok bagi 26 perusahaan shuttle cock di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di antaranya meng-cover hampir semua industri shuttle cock di Malang, Lamongan, Tegal, dan Surabaya. Karena banyaknya permintaan itu, dalam seminggu saja, usahanya membutuhkan tiga ton kertas. "Setiap hari kami memproduk tiga ribu slop," kata Nur Ali ditemui di rumahnya. Usaha itu sudah ia rintis sejak tahun 1978. Berawal sebagai karyawan di salah satu perusahan shuttle cock ternama di Kota Malang, Saxon, Nur Ali ingin membuat usaha sendiri. Apalagi ia termasuk karyawan dengan prestasi baik. Setiap produk slop shuttle cock yang ia buat dinilai bos Saxon saat itu, Om Hong, paling bagus di antara karyawan yang lain. Selain bentuknya paling rapi, pengeleman juga paling kuat. Sehingga dalam waktu tiga tahun di Saxon, ia sudah dipercaya sebagai mandor.

Namun ia merasa tak banyak menikmati posisinya itu. Pada tahun 1978, ia memilih keluar dari Saxon dan mandiri. Kemampuan membut slop shuttle cock itu ia kembangkan dengan memproduksi sendiri di rumahnya. Beruntung bagi Nur Ali, sang bos tak menolak ketika ia mengutarakan niat untuk mendirikan usaha sendiri. Bahkan Om Hong ikut membantu modalnya. Tak hanya itu, pemilik Saxon juga bersedia menerima produk dari Nur Ali. "Saya bersyukur sekali memiliki bos yang sangat baik kepada saya. Saya mengawali usaha dari nol, modal juga bantuan dari Om Hong," kenang protolan kelas 1 SDN Kedawung, Karangploso, ini. Semua pekerjaan ia lakukan sendiri. Mulai mencari bahan kertas, menggulung, hingga pengeleman. Semua dilakukan secara tradisional. Pemotongan kertas dilakukan dengan pisau, mengelem juga hanya dengan kanji. Produknya itu langsung ia kirim ke Saxon. Seiring perjalanan waktu, usaha ini terus berkembang hingga 26 industri shuttle cock pesan ke dirinya. Karena banyak permintaan, ia pun terus menambah jumlah karyawan hingga kini 22 orang. "Sekarang ini sudah enak karena semua sudah menggunakan mesin. Jadi memproduksi jauh lebih cepat," tandas bapak empat putra ini.

Kualitas slop shuttle cock produk Nur Ali ini terdengar sampai ke PT Pindad. Produsen peluru dan roket untuk militer ini butuh produk slop pembungkus roket ukuran 105 sentimeter. Maka sejak tahun 1999, Nur Ali resmi menjadi mitra Pindad untuk membuatkan slop roket. Tapi tak mudah untuk bisa dipercaya Pindad. Produknya dites langsung teknisi roket dari Jerman. Jadi selama tiga hari sebelum produknya dibeli Pindad, teknisi berada di rumahnya untuk melihat proses pembuatan hingga pengujian. "Ujiannya sederhana, slop dari kertas ini direndam di air selama satu hari. Jika air tidak bisa tembus ke slop bagian dalam, maka dinilai lulus. Alhamdulillah milik saya lulus," kenang suami dari Khusnul ini. Sejak dinyatakan karyanya lulus standar Pindad, pria kelahiran Karangploso tahun 1962 ini langsung disodori kontrak cukup panjang. Setiap enam bulan sekali sejak 1999, Pindad memesan antara 10 ribu hingga 20 ribu buah slop. Bahkan Agustus mendatang, ia kembali sudah mendapat pesanan. "Kalau jumlahnya lebih dari 10 ribu, biasanya dua bulan sudah selesai," urai dia. Yang agak menyusahkan dirinya selama ini ketika harus melakukan kontrak atau perjanjian dengan pihak lain. Juga ketika harus berurusan dengan bank. Sebab dirinya sama sekali tidak mengenal baca tulis alias buta huruf.

Maklum ia tidak sampai tamat SD. Setelah naik ke kelas 2 SD, Nur Ali terpaksa keluar karena memilih membantu orang tuanya mencari rumput. Karena buta huruf itu, ia kerap meminta bantuan orang lain | untuk mendampinginya. "Mereka saya suruh bacakan, saya tinggal tanda tangan saja," katanya sembari tertawa. Kini, ia sudah lebih nyaman karena putra sulungnya, M. Kholiq, 22, sudah bisa membantu tugasnya. Kholiq pula yang berperan untuk urusan perjanjian dengan pihak lain atau ke bank. Karena bantuan anaknya itu, usahanya terus berkembang pesat. Bahkan, sejak dua tahun silam, ia mendirikan pabrik shuttle cock sendiri dengan merek LA di Pakis. "Saya tinggal mengawasi saja sekarang. Saya ingin anak-anak saya bisa meneruskan usaha yang telah saya rintis ini," tandas pria yang mengaku beromzet sekitar Rp 40 juta per minggu ini. (*)

Sumber: radar malang

Comments :

3 komentar to “Nur Ali, Produsen Slop Roket PT Pindad yang Buta Huruf; Dites Langsung Teknisi Senjata asal Jerman”
balakasadut said...
on 

Salam sejahtera untuk Pak Ali, Kami dari Cirebon Pak,kebetulan kami sedang merintis usaha kecil-kecilan Pak apakah Bapak dapat membantu? karena usaha kami membutuhkan slop juga untuk dijadikan kerajinan tangan, dan kalau boleh tau dimana alamat Bapak, dan berapa harga per aitemnya.

Unknown said...
on 

Ass. Wr. Wb. Pak Ali, Saya mau nanya, apa bisa ngambil langsung cock merek LA ke bapak, dan berapa harga per slopnya? sy mau jual lagi, sy dari sulawesi tengah ada usaha toko olahraga. Tks sebelumnya

A. Akbar I.A.
Wassalam

Unknown said...
on 

sy pengrajin shuttlecock dr malang, dan pak ali sangat dekat dengan sy, bagi yg membutuhkan shuttlecock langsung bisa hubungi sy di 085704141241 / 0341 9111711

Post a Comment