Download

google_language = ‘en’

Krisis Yunani dan "Logika Century"

Oleh: A Tony Prasetiantono Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM

Yunani adalah sebuah negara dengan kekuatan ekonomi kecil di Eropa bagian selatan. Produk domestik brutonya ”hanya” 350 miliar dollar AS, yang dalam peta dunia berada di peringkat ke-27. Indonesia dengan produk domestik bruto sekitar 600 miliar dollar AS menduduki peringkat ke-16. Kalau memakai logika yang digunakan Panitia Khusus (Pansus) DPR dalam kasus Bank Century, krisis ekonomi Yunani tidak perlu ditalangi. Alasannya, perekonomian Yunani kecil, tidak berpotensi menyebabkan kehancuran ekonomi negara Eropa lainnya. Tidak berisiko sistemik.Semula memang demikian. Negara-negara Eropa awalnya tidak berhasil menyepakati, apakah Yunani perlu ditalangi. Pada 2 Mei 2010, negara-negara pengguna euro dan Dana Moneter Internasional (IMF) menyepakati talangan 110 miliar euro, atau setara 145 miliar dollar AS. Namun, jumlah ini dinilai jauh dari cukup. Utang Pemerintah Yunani 406 miliar dollar AS, atau setara 115 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Mana cukup dana talangan 145 miliar dollar AS untuk mengatasi krisis utang ini? Pada Minggu (9/5), dana talangan dinaikkan menjadi 750 miliar euro (1 triliun dollar AS). Cukupkah jumlah ini? Belum tahu, tetapi setidaknya bisa mengurangi kekhawatiran menularnya krisis Yunani ke seluruh Eropa. Mengapa negara-negara Eropa begitu waswas terhadap Yunani? Bukankah Yunani negara kecil di bagian selatan, yang ukuran perekonomiannya ”hanya” sekaliber Portugal, dan bukan negara utama Eropa seperti Jerman, Perancis, Inggris, dan Italia?

Tidakkah mereka menggunakan ”logika Century”, krisis ekonomi di negara kecil tidak akan merembet ke negara-negara lain, apalagi negara-negara besar? Negara yang perekonomiannya terkuat di Eropa adalah Jerman (4 triliun dollar AS), disusul Inggris dan Perancis (masing-masing 3 triliun dollar AS), serta Italia (2,5 triliun dollar AS). Ukuran ekonomi Yunani kurang dari sepersepuluh Jerman. Adapun PDB gabungan semua negara pengguna euro adalah 14 triliun dollar AS. Berarti, size ekonomi Yunani hanya 2,5 persen terhadap PDB total negara-negara euro. Namun, faktanya, krisis Yunani menyebabkan kepanikan dan memaksa negara-negara euro dan IMF turun tangan lebih serius. Mengapa? Jawabannya sederhana. Sama dengan Yunani, perekonomian Eropa sekarang menghadapi utang luar negeri yang besar. Sesudah krisis global membesar sejak bangkrutnya Lehman Brothers di New York, 15 September 2008, praktis semua negara besar, terutama AS dan negara-negara Eropa, menjalankan program penalangan dan stimulus fiskal. Ini dilakukan karena kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga kurang efektif dilakukan saat perekonomian tercekam krisis.

Suku bunga rendah tidak serta-merta dapat mendorong pertumbuhan konsumsi dan investasi, karena konsumen dan investor masih dicekam pelemahan kepercayaan. Dalam situasi ini, kebijakan moneter cenderung kurang efektif, dan pemerintah harus mengambil alih tanggung jawab dengan mendorong sisi fiskal. Itulah sebabnya, AS dan Eropa memompa perekonomian domestiknya melalui kenaikan belanja pemerintah, yang menaikkan defisit anggaran. Defisit fiskal AS tahun ini bahkan sampai 1,6 triliun dollar AS. Utang Pemerintah AS kini 12 triliun dollar AS, terbesar di dunia. Rasio utang Pemerintah AS terhadap PDB kini 84 persen, sedangkan rasio negara-negara pengguna euro rata-rata 80 persen. Rasio tertinggi, yang berarti terburuk, dialami Yunani dengan 115 persen. Defisit anggaran Yunani juga sangat tinggi, yakni 13,6 persen terhadap PDB. Ini tidak lazim karena konsensus ekonom dunia bagi negara berkembang adalah defisit 2 persen, dan untuk negara industri bisa ditoleransi hingga 4-5 persen. Dalam situasi darurat seperti sekarang, defisit anggaran AS mencapai 10 persen. Sangat besar, tetapi tetap di bawah Yunani.

Problem lain adalah neraca perdagangan. Ekspor Yunani 2009 cuma 19 miliar dollar AS, impornya 62 miliar dollar AS. Ekspor ataupun impor dilakukan dengan negara-negara Eropa. Defisit perdagangan 43 miliar dollar AS ini sangat besar. Itu sebabnya, cadangan devisa Yunani cuma 4 miliar dollar AS. Bandingkan dengan Indonesia yang menuai surplus perdagangan 22 miliar dollar AS (2009) dan cadangan devisa 77 miliar dollar AS (akhir April 2010). Mengapa Eropa dan IMF perlu menyelamatkan Yunani? Jika mereka tidak menyediakan dana talangan, maka imbal hasil obligasi yang diterbitkan Yunani akan terus meningkat. Ini akan menular ke negara-negara lain. Pemerintah Eropa dan AS akan kesulitan menerbitkan obligasi, yang jadi sumber utama pembiayaan anggaran. Dengan kata lain, krisis ekonomi akan ditularkan Yunani ke negara-negara lain yang sesungguhnya belum pulih dari krisis. Negara-negara Eropa tidak boleh membiarkan Yunani bangkrut. Meski besaran krisis Yunani tidak besar, efek penularan melalui transmisi sektor finansial (penerbitan obligasi pemerintah) serta tekanan psikologis akibat tekanan fiskal di banyak negara tidak boleh dipandang enteng.

Sayang, pelajaran dari Yunani kita peroleh sesudah hiruk-pikuk kasus Century mereda. Padahal, kasus Yunani bisa memudahkan pemahaman DPR dan masyarakat bahwa janganlah keputusan menalangi Century hanya didasarkan pada besar-kecilnya ukuran sebuah bank. Bank sekecil Century (aset saat krisis Rp 14 triliun) bisa saja menularkan kepanikan di sektor finansial (bukan di sektor riil) tatkala kondisi sektor finansial sedang terhuyung-huyung. Sebaliknya, menutup Century tidak berisiko sistemik jika fundamental sektor finansial dan perekonomian makro sedang kokoh. Apakah krisis Yunani akan menyebar dan berdampak terhadap perekonomian Indonesia? Rasanya tidak. Krisis subprime mortgage di AS saja tidak berdampak besar pada Indonesia, hanya menurunkan pertumbuhan ekonomi dari 6,1 persen (2008) menjadi 4,5 persen (2009). Apalagi krisis Yunani sudah mendapat perhatian serius dari negara-negara besar dan dijadikan ”musuh bersama”. Namun, bukan berarti kita boleh mengendurkan kewaspadaan karena konon Portugal juga akan segera menyusul menjadi ”pasien” berikutnya.

Sumber: Kompas

Comments :

0 komentar to “Krisis Yunani dan "Logika Century"”

Post a Comment