Download

google_language = ‘en’

IDEOLOGI BERNEGARA; Kesenjangan Jadi Kendala Sosialisasi Pilar Berbangsa

Rumusan cita-cita berbangsa dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sesungguhnya amat bagus dan komprehensif. Namun, dalam pelaksanaan memang ada gap. Kesenjangan itulah yang kini menjadi kendala bagi Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam menyosialisasikan empat pilar berbangsa. Demikian dikatakan Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari saat mendampingi Ketua MPR Taufiq Kiemas berkunjung ke Redaksi Harian Kompas, Jakarta, Selasa (11/5). Taufiq, yang juga disertai Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin, Ahmad Farhan Hamid, dan Melani Leimena Suharli serta pimpinan fraksi MPR, diterima Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama dan pimpinan redaksi.

Empat pilar

Taufiq menjelaskan, MPR kini memang aktif menyosialisasikan empat pilar berbangsa yang penting untuk menjaga keutuhan Indonesia. Keempat pilar itu adalah Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Sosialisasi diterima dengan baik oleh berbagai kalangan. Jakob Oetama menambahkan, sebenarnya empat pilar berbangsa itu sampai kini masih kokoh. Namun, yang dinantikan masyarakat adalah perwujudannya. Rakyat membutuhkan hasil dari pelaksanaan pilar berbangsa itu. Jakob Oetama juga mengakui, bangsa ini sesungguhnya cerdas, terutama dalam membuat konsep, tetapi lemah dalam implementasinya. ”Mungkin merasa jika sudah diomongkan itu berarti sudah dilaksanakan. Seperti sabda pandita ratu (pernyataan raja yang harus diterima). Padahal, kita bukan ratu,” katanya. Hajriyanto mengakui, ada kesenjangan antara harapan yang ditimbulkan dari empat pilar berbangsa itu dan kenyataan di lapangan. Dicontohkan, acap kali muncul pertanyaan terkait kehidupan beragama di negeri ini yang selama ini ternyata lebih banyak menghasilkan orang dengan kesalehan ritual dalam sosialisasi empat pilar berbangsa. ”Banyak kesenjangan yang sering kali dimunculkan sehingga menyulitkan sosialisasi keempat pilar berbangsa itu. Ini belum lagi bicara mengenai keadilan sosial,” ungkap Hajriyanto yang anggota Fraksi Partai Golkar. Melani, anggota Fraksi Partai Demokrat (F-PD) MPR, mengakui, saat ini banyak orang yang tidak lagi takut kepada Tuhan. Mereka lebih takut pada kemiskinan. Karena itu, mereka bersedia melakukan apa pun, bahkan termasuk korupsi, agar tidak miskin. Ini jelas tak sejalan dengan semangat mendirikan negeri ini. Melani juga memprihatinkan masih banyak warga negara yang kini tidak hafal lagi urutan Pancasila. Bahkan, mereka bukan hanya dari kalangan muda atau pelajar, melainkan juga dari kalangan pendidik. ”Ini jelas memprihatinkan,” katanya. (ssd/tra)

Sumber: Kompas

Comments :

0 komentar to “IDEOLOGI BERNEGARA; Kesenjangan Jadi Kendala Sosialisasi Pilar Berbangsa”

Post a Comment