Banjir akibat luapan Bengawan Solo kembali terjadi, meski biasanya pada bulan Mei seperti saat ini mulai memasuki musim kemarau. Bahkan, banjir kali ini diperkirakan akan menjadi banjir terbesar selama musim penghujan 2010. Selain itu, puncak banjir juga akan bertahan lebih lama daripada biasanya. "Karena, posisi air laut pasang dan air tertahan di muara," ungkap Kepala UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Pudjo Buntoro, kemarin (16/5). Dia menuturkan, dari laporan yang diterimanya, saat ini terjadi air pasang di laut Jawa. Sehingga, permukaan Bengawan Solo akan mendekati siaga III yang akan jadi puncak banjir kali ini. Diperkirakan, puncak banjir terjadi tadi malam atau pagi ini. "Dan akan bertahan sampai dengan pagi ini, karena air tak bisa keluar ke laut Jawa," ujarnya. Sementara itu, tren ketinggian air Bengawan Solo hingga pukul 18.00 kemarin terus naik. Di papan duga Bojonegoro, ketinggian air mencapai 14,55 (siaga III); Babat, Lamongan, 7,45 (siaga III); Plangwot, 5,09 (siaga III); Karanggeneng, 3,88 (siaga III); dan Kuro, 1,79 (siaga III). "Kami minta masyarakat sepanjang Bengawan Solo waspada," saran Bupati Bojonegoro Suyoto. Dia minta agar masyarakat tidak panik, karena pemkab sudah memetakan wilayah yang akan dilanda banjir, sehingga secepatnya dilakukan evakuasi.
Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Kasiyanto mengungkapkan, 14 kecamatan di sepanjang Bengawan Solo melaporkan wilayahnya sudah mulai ada yang terendam air. Total ada 54 desa dari 14 kecamatan itu yang terendam banjir (selengkapnya lihat grafis). Hanya, kebanyakan berupa lahan pertanian. Meski, ada beberapa rumah penduduk yang terendam air banjir seperti di Kecamatan
Parlan, warga setempat mengaku, area pertanian miliknya kemungkinan rusak. Sebab, tanaman padinya baru berusia 10 hari. Sedangkan Lastam, warga Sarirejo, terpaksa memanen secara paksa dini tanaman padi. Sebab, dalam dua hari ini, area tanaman padinya tergenang air. Padahal, dua pekan lagi padi seluas satu hektare miliknya bakal dipanen. "Daripada nanti rusak dan rugi, lebih baik saya panen sekarang," ujarnya. Sementara itu, Rais, 52, warga Desa Ngraho, Kecamatan Kalitidu, ditemukan tewas tenggelam sekitar pukul 11.00 kemarin. Rais tewas tenggelam setelah terlilit tali kerumbu atau wuwu (alat mencari ikan tradisonal dari bambu) yang di pasang di Bengawan Solo. Diduga, saat hendak mengecek wuwu-nya, korban terpeleset jatuh dan tenggelam. Dari Lamongan, sekitar 425 rumah warga di Kota Babat terendam air hingga mencapai 60 cm, kemarin. Data dari Kelurahan Babat menyebutkan, rumah-rumah itu tersebar di 12 RT. Selain menggenangi rumah, banjir akibat hujan deras juga mengakibatkan jalan di kota itu terendam. Jalan-jalan yang terendam banjir tidak hanya jalan lingkungan dan jalan desa, namun juga jalan-jalan protokol Kota Babat. Untuk jalan protokol, sekitar 2 km yang tergenang air mulai 20 cm-60 cm. Jalan-jalan itu antara lain, Gotong Royong, Printis, Pramuka, Gilang, Sawo, termasuk jalan jurusan Babat-Lamongan tepatnya di pertigaan Depot Mira. Bahkan Pasar Babat di jantung
Genangan air dan penutupan jalan mengakibatkan kemacetan lalu lintas, terutama di sepanjang jembatan arah Tuban sampai di depan Pasar Babat. "Jalan yang tergenang air cukup tinggi sementara ditutup dan kendaraan dialihkan, sehingga terjadi kemacetan,'' kata Lurah Babat, Taufiqurahman. Dia mengungkapkan, banjir yang melanda Kelurahan Babat dan sekitarnya juga menggenangi fasilitas umum.
Sumber: Radar Bojonegoro
Comments :
Post a Comment