
Peran ulama di Muhammadiyah juga sangat ditunggu untuk ikut membantu mengurai permasalahan di negeri ini. "Kami ingin di Muhammadiyah ini muncul pemikiran besar untuk menjadi solusi permasalahan yang juga besar," harap Dien. Terkait dengan pokok bahasan yang diusung itu, pria asal Bima, NTB, tersebut menyatakan bahasan-bahasan sudah berdasar pada perumusan matang dari para ulama. Karena itu dia yakin kalau ulama yang menjadi peserta munas sudah sangat mumpuni dan memiliki kapasitas dalam berbagai persoalan. "Majelis tarjih ini kan tidak hanya membahas sisi hukum, tapi juga segala hal yang berkaitan dengan keumatan," ungkap Dien. Sementara, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Prof Dr Syamsul Anwar MA mengatakan, di musyawarah ini munas tidak fokus membahas masalah hukum secara parsial. Misalnya, masalah fatwa haram rokok. Namun munas yang berlangsung empat hari ini orientasinya adalah masalah makro terkait dengan problem bangsa. Di antaranya, bagaimana Muhammadiyah ikut membangun semangat dan etos kerja umat, memperkokoh upaya pencerahan, dan pemberdayaan umat. Di dalam Fikih al Maun misalnya. Musyawarah menekankan pada solusi pelayanan sosial bagi kaum miskin. Karena Muhammadiyah menilai masih ada banyak warga yang memikul beban hidup berat secara ekonomi. Belum lagi terjadinya bencana di mana-mana yang kian menambah beban hidup. "Saat ini butuh solidaritas sosial untuk membantu kaum dhuafa. Agama mengajarkan iman kan tak cukup hanya percaya pada Tuhan, tapi juga harus mencintai orang lain dengan peduli dengan derita kaum marjinal," tegas Syamsul.
Sumber: Radar Malang
Comments :
Post a Comment