Petani di wilayah bulog sub divisi regional (divre) X harus mampu mengurangi kadar air, kotoran di gabah dan beras. Jika tidak mampu melakukan itu, dipastikan bulog tidak akan membeli gabah dan beras mereka. Bulog tidak akan mengambil gabah dan beras dengan kadar air mencapai lebih 14 persen dan kotoran lebih dari 3 persen. Selain itu, untuk butir beras yang patah tidak boleh mencapai 20 persen. Ketentuan itu diungkapkan Kasi Pelayanan Publik Sub Divre X Tulungagung, Abdullah. Dia mengatakan, pemberlakuan ketentuan itu sesuai instruksi presiden (Inpres) nomer 7/2009 tentang Kebijakan Pemberasan. Dalam inpres tersebut sebutkan aturan pembelian gabah kering giling (GKG) maksimal kadar air maksimal 14 persen dan berat kotoran maksimal 3 persen dengan harga pembelian mencapai Rp 3.345. Untuk beras, kadar air maksimal 14 persen dengan butiran patah mencapai 20 persen dengan harga Rp 5.060 per kilogram. Untuk mengetahui kadar air, lanjut dia, ketika beras dan gabah dari mitra bulog masuk ke gudang terlebih dahulu diukur dengan alat tester cere dan g-won. Alat tersebut ketika menerima sampel beras atau gabah 5 persen yang diambil secara acak dari mitra bulog, maka alat itu menunjukkan angka kadar air yang di kandung dalam sampel gabah dan beras. Jika tidak memenuhi ketentuan, gabah dan beras tersebut akan di kembalikan lagi ke mitra bulog dengan berbagai catatan." Intinya kami menerapkan sesuai dengan aturan," terangnya kemarin (7/4).
Disinggung target jumlah beras tahun 2010 yang dibeli dari petani, dia mengaku hanya 66.500 ton setara beras. Artinya bisa berupa beras dan gabah dengan patokan memenuhi syarat standar pembelian di dalam inpres, seperti jika gabah 1 ton beras yang dihasilkan 635 kilogram. Dia menambahkan, sub divre ini membawahi wilayah Tulungagung, Blitar, Trenggalek. Di di Tulungagung sendiri stok beras mencapai 2 ribu ton dan ini cukup tiga bulan ke depan. Meski demikian dia tak merasa khawatir, karena saat ini musim panen, kendati masih musim hujan. Kenapa bulog tak khawatir? Karena lanjut Abdulah, banyak banyak mitra kerja bulog yang memiliki mesin pengering, sehingga para petani tetap bisa memenuhi standar yang ditentukan bulog. Sementara itu, M Ali, 36, salah satu petani asal desa/kecamatan Karangrejo,M Ali, mengaku panen tahun ini bisa dibilang tak begitu menggembirakan. Karena harga jual gabah hanya Rp 2.300 di bandingkan sebelumnya Rp 2.400. "Harga jual rendah karena banyak mengandung air," terangnya. Belum lagi hasil panen jika sebelumnya 100 meter persegi menghasilkan 1 ton, sekarang mencapai 900 kuwintal. Intinya hasil pertanian tahun ini tak begitu menggembirakan. Apalagi ada kabar jika perum bolug juga memberlakukan peraturan pembelian gabah dan beras berkulitas bagus. Nah, itu
Sumber: Radar Bromo
Comments :
Post a Comment