Download

google_language = ‘en’

Mimpi Industri Otomotif

JULI ini layak disebut sebagai bulan otomotif. Berbagai isu yang menyangkut segala hal tentang kendaraan mendapat porsi pemberitaan luas di berbagai media. Mulai hal yang tidak terkait langsung, seperti isu pembatasan BBM bersubsidi, sampai hajatan paling akbar yang saat ini berlangsung, yakni Indonesia International Motor Show (IIMS) 2010. Otomotif memang ladang subur yang berpotensi mengangkat Indonesia di kancah perdagangan internasional. Industri otomotif nasional digadang-gadang menjadi pemain utama di kancah ASEAN seiring dengan implementasi Asean Economic Community pada 2015. Di pasar domestik, populasi penduduk Indonesia yang sebesar 237 juta jiwa menjadi sebuah potensi dan tantangan bagi para pemain otomotif. Untuk itu, pemerintah menetapkan industri otomotif sebagai salah satu sektor prioritas yang perlu didorong melalui insentif fiskal bea masuk, value added tax, dan berbagai kemudahan, seperti importasi, imigrasi, dan penggunaan tanah. Bersama India dan Tiongkok, melalui industri otomotif, Indonesia dapat menjadi raksasa ekonomi dunia dalam 5-10 tahun ke depan. Dengan semua potensi itu, Wakil Presiden Boediono saat membuka IIMS 2010 tiga hari lalu tanpa ragu mematok target produksi satu juta kendaraan dalam lima tahun ke depan. Sebagai ahli moneter, optimisme Boediono itu bukan tanpa dasar. Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Indonesia

(Gaikindo), volume penjualan mobil pada tahun ini, tampaknya, akan jauh melampaui penjualan tahun lalu. Penjualan mobil secara nasional pada semester pertama 2010 telah mencapai 370.206 unit, setara dengan 76,2 persen dari seluruh penjualan mobil nasional pada 2009. Dalam sisa waktu enam bulan lagi dipastikan penjualan 2009 terlampaui.

Namun, target boleh muluk, tapi kaki harus tetap menginjak bumi. Sebelum IIMS 2010 dibuka, para pemilik mobil dibuat cemas karena tersiar kabar bahwa pompa bahan bakar (fuel pump) bensin sedemikian jeleknya sehingga berpotensi merusak mesin kendaraan. Kekhawatiran ini bukanlah mengada-ada. Faktanya, sejumlah bengkel mobil resmi mengalami lonjakan kunjungan servis dengan keluhan yang sama, yakni kerusakan fuel pump. Kalangan agen tunggal pemegang merek (ATPM) terkaget-kaget. Daihatsu mencatat terdapat sekitar 70 kasus gangguan pada fuel pump di wilayah DKI Jakarta pada Juni lalu. Padahal, biasanya hanya 30-40 kasus per bulan. Toyota dan Honda mengalami hal serupa. Selama Mei-Juni, Toyota mendata ada lebih dari 100 kasus kerusakan, sedangkan Honda lebih dari 100 kasus dalam dua pekan terakhir. Sampai sekarang belum jelas apakah mogok masal itu akibat cacat produksi atau kualitas bahan bakar bensin Pertamina yang kurang bagus. Kedua belah pihak sama-sama tegas membantah. Padahal, yang dibutuhkan konsumen bukan bantahan, melainkan upaya intropeksi keras bersama untuk mencari penyebab masalah. Merosotnya reputasi pasar raja otomotif dunia asal Jepang, Toyota, tahun ini bisa menjadi pelajaran. Ternyata bukan produk paling canggih dengan teknologi terdepan serta produksi tercepat dan terbanyak yang membuat konsumen terpikat. Yang penting adalah kualitas produksi dan layanan. Toyota sempat mengabaikannya dan akhirnya harus membayar mahal. Puluhan ribu mobil harus ditarik kembali (recall) dan konsumen dikecewakan.Kasus mogok masal di Jakarta adalah peringatan. Jika untuk menjawab pertanyaan mengapa ribuan fuel pump ngadat di Jakarta saja industri otomotif gagal, lupakan tema-tema besar yang saat ini digembar-gemborkan di IIMS 2010 seperti "teknologi eco-friendly", "produksi sejuta", apalagi "go international".

Sumber: Jawapos, Senin, 26 Juli 2010

Comments :

0 komentar to “Mimpi Industri Otomotif”

Post a Comment