Download

google_language = ‘en’

Mata-mata Rusia; Dari CEO hingga Pemuda Gaul

Donald Heathfield menjalankan sebuah perusahaan yang memiliki kantor di Paris, Singapura, dan Jakarta. CEO dan pendiri perusahaan manajemen Future Map ini bekas teman sekelas Presiden Meksiko Felipe Calderon. Dialah salah satu dari 10 orang yang diduga mata-mata Rusia di AS. Sebuah artikel di surat kabar Singapura, Strait Times, edisi Rabu (30/6/2010), menyebutkan, Heathfield mengambil identitas seorang bayi yang sudah meninggal di Kanada. David Heathfield, warga Kanada, heran ketika nama adiknya yang meninggal di Montreal tahun 1963 dalam usia enam pekan tiba-tiba muncul di berkas perkara pengadilan AS. Dia yakin, tersangka mata-mata itu mengetahuinya dari sebuah surat kabar di Montreal. Jaksa di AS mengatakan, Heathfield bertemu dengan pejabat tinggi AS tahun 2004 dengan urusan riset senjata nuklir. Dia memiliki kaitan dengan organisasi yang terlibat dalam memperkirakan teknologi yang baru muncul.

The New York Times melaporkan, Heathfield belajar untuk master administrasi publik di Harvard University tahun 2000 yang digunakan untuk mempererat pergaulan. Mark Podlasly, teman sekelasnya, menuturkan kepada surat kabar itu bahwa Heathfield tetap menjalin kontak dengan hampir semua teman sekelasnya. ”Di Singapura, di Jakarta, dia tahu apa yang dilakukan mereka semua. Jika Anda ingin tahu apa yang mereka lakukan, Don pasti tahu,” kata Podlasly. Istri Heathfield, Tracey Foley, adalah pemilik situs real estat dan bekerja sebagai agen bagi Redfin Realty. Di situsnya, Foley menggambarkan diri sebagai warga asli Montreal yang pernah tinggal dan bersekolah di Swiss, Kanada, dan Perancis. Kemarin mereka bersama delapan tersangka lainnya menghadap sidang untuk kemungkinan pembebasan dengan jaminan di pengadilan di New York, Boston, dan Alexandria, Virginia. Tersangka ke-11, Christopher Metsos, berhasil melarikan diri setelah dibebaskan dengan jaminan oleh polisi Siprus. Metsos, warga negara Kanada, dituduh sebagai pemasok dana utama bagi sel mata-mata Rusia di AS, menggelontor mereka dengan dana, dan bertukar informasi diam-diam dengan mereka. Pria paruh baya yang digambarkan botak dan berkumis itu ditangkap di Lacarna, Siprus, Selasa, saat hendak naik pesawat ke Budapest. Sehari kemudian, dia dibebaskan dengan jaminan dan tidak muncul saat harus melapor di kantor polisi.

Melimpah
Hakim ketua Ronald L Ellis mengatakan, bukti-bukti atas para tersangka benar-benar melimpah. "Ada bukti berupa pengamatan video dan audio tentang pertemuan antara pejabat Pemerintah Rusia dan sejumlah mata-mata itu," katanya. Asisten Jaksa Agung AS Michael Farbiarz mengatakan, bukti-bukti makin kuat, terutama terhadap Anna Chapman, sehingga dia tidak mungkin bisa bebas dengan membayar jaminan. Chapman (28), yang berambut merah, dijuluki femme fatale di berbagai laporan media, menghadapi hukuman hingga 5 tahun penjara jika terbukti menjadi mata-mata. Media-media Rusia melaporkan, Chapman adalah seorang perempuan pengusaha yang masuk ke kelas tertinggi masyarakat. Di halaman situs jejaring sosial LinkedIn miliknya, Chapman terdaftar sebagai CEO PropertyFinder Ltd yang mengelola laman real estat di Moskwa, Spanyol, Bulgaria, dan negara-negara lain. "Siapa pun yang mengenal Anna dengan baik yakin dia seorang pengusaha, itu saja. Mengembangkan ide baru, bisnisnya adalah satu-satunya yang menarik bagi hidupnya," sebut situs berita lifenews.ru. Masih ada lagi pasangan suami istri Vicky Pelaez (55) dan Juan Lazaro (65) ikut dalam lingkaran mata-mata Rusia di AS. Pelaez adalah kolumnis bagi surat kabar berbahasa Spanyol paling terkenal di AS, El Diario/La Prensa. Suaminya seorang fotografer dan pelatih karate kelahiran Uruguay.

Jaksa mengatakan, Pelaez pernah direkam saat tengah bertemu seorang pejabat Rusia di sebuah taman di sebuah negara Amerika Selatan. Dia terlihat menerima sebuah tas yang tampaknya berisi uang. Tahun 2007, Lazaro juga terekam di taman yang sama menerima uang dari pejabat itu. Berdasarkan berkas perkara di pengadilan federal AS, agen Biro Investigasi Federal AS (FBI) juga menyadap percakapan dari dalam rumah pasangan itu di pinggiran New York yang mengindikasikan mereka menerima komunikasi radio dari Moskwa. Agen lain juga merekam percakapan Pelaez dan Lazaro tahun 2002 saat suaminya itu mengatakan bahwa keluarganya pernah tinggal di Siberia. "Kami pindah ke Siberia segera setelah perang dimulai," kata Lazaro dalam rekaman itu. Pelaez, kelahiran Peru, pernah diculik Gerakan Revolusioner Tupac Amaru tahun 1984 saat sedang meliput. Tahun 1987, pasangan itu pindah ke New York. Keduanya memiliki hasrat yang sama soal pandangan kiri. Melalui kolomnya di El Diario, Pelaez secara agresif mengkritik Pemerintah AS dan membela imigran ilegal. Elvira Pelaez, saudari Vicky, di Lima, Peru, mengatakan, bukti-bukti rekaman percakapan dan video tentang saudaranya tidak jelas. Menurut dia, tuduhan mata-mata itu adalah respons represif atas tulisan-tulisan Vicky.

Tidak cocok

Pasangan lain yang diduga mata-mata adalah Richard dan Cynthia Murphy yang tinggal di Montclair, New Jersey. Di mata seorang tetangga, kemampuan berkebun mereka tidak cocok dengan tuduhan mata-mata itu. Cynthia adalah wakil presiden sebuah firma keuangan Manhattan bernama Morea Financial Service. Dalam berkas perkara, Cynthia digambarkan memiliki kontak dengan penyandang dana dan donor politik yang tidak diketahui namanya. Tak banyak keterangan mengenai pasangan lain yang diduga mata-mata Rusia, Michael Zottoli dan Patricia Mills, yang baru-baru ini pindah ke Arlington dari Seattle. Di Washington DC, tersangka mata-mata lainnya, Mikhail Semenko, digambarkan sebagai lajang yang memiliki gaya hidup seperti Anna Chapman. New York Times menyebut dia "pria gaul usia akhir 20-an tahun yang mengendarai Mercedes S-500". Kisah mengenai mata-mata itu terlihat seperti film kuno semasa Perang Dingin: agen-agen bertukar tas satu sama lain, identitas dan paspor palsu, pengiriman pesan lewat transmisi gelombang pendek, atau tinta yang tidak kelihatan. Penangkapan mereka merupakan hasil penyelidikan FBI yang dimulai hampir satu dasawarsa lalu. Jaringan mata-mata itu memiliki semua yang diperlukan bagi spionase kelas dunia: peralatan canggih, pengetahuan mendalam soal Amerika, dan cerita-cerita penyamaran yang dibuat sangat teliti. Satu-satunya hal yang hilang, menurut New York Times, adalah rahasia sebenarnya yang mereka kirim ke Moskwa. Benarkah di era internet sekarang Rusia membutuhkan mata-mata? (AP/AFP/REUTERS/FRO)

Sumber: Kompas,02-07-2010

Comments :

0 komentar to “Mata-mata Rusia; Dari CEO hingga Pemuda Gaul”

Post a Comment