Download

google_language = ‘en’

Hujan sampai November; Beberapa Daerah Bisa Menarik Keuntungan

Jakarta, Kompas - Anomali cuaca berupa curah hujan di atas normal pada musim kemarau ini akan berlangsung hingga November. Hal ini merupakan dampak memanasnya suhu muka laut di wilayah Indonesia dan adanya fenomena La Nina di Samudra Pasifik. Selain itu, munculnya angin timuran hingga Oktober juga menyebabkan naiknya gelombang laut di selatan Jawa dan Laut Arafuru. Menurut penjelasan Endro Santoso, Kepala Bidang Informasi Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Selasa (6/7), La Nina yang ditunjukkan oleh mendinginnya suhu muka laut di Pasifik Tengah saat ini meningkat dari kondisi lemah pada bulan lalu menjadi ke tingkat moderat atau sedang. Hal ini berdampak pada naiknya aliran massa udara dari kawasan Pasifik ke wilayah Indonesia hingga mengakibatkan banyak hujan. Sementara itu, menurut laporan prakirawan cuaca BMKG, dalam seminggu ke depan, beberapa wilayah yang mengalami gelombang laut setinggi hingga 3 meter adalah Laut Arafuru dan selatan Pulau Jawa serta barat Sumatera. Saat gelombang laut setinggi itu, kapal-kapal nelayan yang relatif kecil dilarang untuk melaut. Ketinggian laut bulan Juli ini lebih rendah dari dua bulan sebelumnya, yang dapat mencapai 5 meter. Sementara itu menurut pakar agroklimat dari Institut Pertanian Bogor, Rizaldi Boer, curah hujan yang di atas normal pada musim kemarau ini secara umum berdampak positif bagi wilayah yang dipengaruhi tipe cuaca monsun. Sementara itu wilayah dengan pola monsun hanya mengalami puncak hujan sekali setahun dan mengalami periode musim kemarau pada April hingga September dan musim hujan pada Oktober sampai Maret.

Menarik keuntungan

Saat musim kemarau basah ini, menurut Rizalidi, beberapa wilayah berpola monsun dapat menarik keuntungan. Daerah-daerah tersebut akan dapat menambah satu masa tanam dengan menanam palawija atau sayuran. Daerah-daerah tersebut antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan. Para petani di daerah itu, akibat adanya musim kemarau basah, dapat dua kali menanam padi dan satu kali tanam palawija tahun ini. Petani yang menanam padi pada awal Mei lalu akan panen pada Agustus. Setelah itu mereka dapat kembali menanam jenis tanaman yang berumur pendek, yaitu hortikultura yang dapat dipanen sekitar satu hingga dua bulan berikutnya. Namun, ia juga melihat akibat pengaruh El Nino yang terjadi tahun lalu, yang menyebabkan musim hujan mundur. Di kawasan timur Indonesia, awal musim hujan bahkan mundur dua bulan. Pola normalnya mulai November tetapi baru memasuki musim hujan Januari lalu. Akibat anomali cuaca itu, masa tanam padi pun mengalami kemunduran di beberapa daerah pada musim hujan lalu. Pada musim kemarau ini pun terjadi kemunduran awal musimnya. Karena itu, dilihat dari rentang waktu, tidak akan ada perpanjangan periode musim hujan. Akan tetapi, BMKG memprakirakan musim kemarau akan berlangsung lebih singkat, yaitu hanya sekitar empat bulan pada tahun ini. (YUN)

Sumber: Kompas, Rabu, 7 Juli 2010

Comments :

0 komentar to “Hujan sampai November; Beberapa Daerah Bisa Menarik Keuntungan”

Post a Comment