Pemenang anugerah lingkungan Kalpataru 2010 di antaranya para perintis lingkungan, yang secara individual berkiprah memperbaiki atau meningkatkan kualitas lingkungan. Kami menyajikan kisah singkat mereka di bawah ini.
· Kholifah (Pasuruan, Jawa Timur)
Perempuan petani ini menerima Kalpataru karena sukses merintis budi daya padi organik dengan mengurangi
· Djohan Riduan Hasan (Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka
Kawasan kritis bekas tambang timah banyak terbentang di Bangka
· Mateus Bere Bau (Belu, Nusa Tenggara Timur)
Pada saat berumur 19 tahun, tahun 1966, Mateus ditunjuk menjadi Kepala Desa Kewar, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Keprihatinannya adalah bahwa daerahnya menjadi pelanggan bencana banjir dan tanah longsor. ”Sejak itulah, saya bersama warga banyak menanam pohon di lahan-lahan kritis,” katanya. Selama 35 tahun terakhir, usaha penanaman pohon di lahan berbatu dan kering di daerah berbatasan dengan Distrik Bobo Naro, Timor Leste yang dia lakukan mulai menampakkan hasil. Pada awalnya, Mateus mengembangkan wanatani seluas 35 hektar. Penanaman terus dilakukan hingga kini berhasil menghutankan kembali kawasan seluas 1.600 hektar. Untuk mempertahankan kelestarian hutan, sebagai Raja Kewar, Mateus pun mengaktifkan hukum adat dan kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan.
· Mahyiddin (
Mahyiddin dikenal sebagai penyelamat terumbu karang dari Kelurahan Aneuk Laot, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam. Sebelum peristiwa tsunami tahun 2004, Mahyiddin sudah mengawali pemeliharaan terumbu karang dengan menyosialisasikan penghentian penggunaan bom dan potasium untuk menangkap ikan. ”Setelah ada tsunami, saya mengerjakan program Tsunami Underwater Clean Up di Selat Rubiah dan Iboih, Sabang. Tugas saya membersihkan buangan puing bangunan akibat tsunami yang menutup lokasi tumbuhnya terumbu karang,” kata Mahyiddin. Dia juga aktif membudidayakan terumbu karang dengan transplantasi. Ia pun sukses merehabilitasi hutan bakau dengan penanaman sekitar 55.000 tanaman bakau di Teluk Lhok Weng-Iboih, Ceuneuhot-Jaboi, dan Krueng Raya.
· Ujang Solikhin (Ciamis, Provinsi Jawa Barat)
Ujang mampu mengolah sampah organik menjadi alternatif energi briket yang cukup ramah terhadap lingkungan. Di sela-sela kesibukannya sebagai anggota TNI Angkatan Darat, ternyata Ujang mampu menghasilkan briket arang organik sebanyak 2 ton per hari. Penghargaan Kalpataru 2010 pun diterimanya. Ujang dinilai berhasil mengurangi jumlah sampah, yang patut ditiru di lokasi-lokasi lain. (NAW)
Sumber: kompas
Comments :
Post a Comment