Download

google_language = ‘en’

Jangan Takutkan "Bahasa Alay"

Gorontalo (ANTARA News) - Seorang pemerhati linguistik mengimbau kalangan pendidik untuk tidak gelisah berlebihan karena menganggap perkembangan "Bahasa Alay" dapat merusak Bahasa Indonesia. "Bahasa alay yang kian banyak digunakan oleh generasi muda Indonesia ini hanya punya syarat mengancam dan merusak bahasa Indonesia apabila digunakan pada media yang tidak pada tempatnya," kata Suleman Bouti dari Fakultas Sastra dan Bahasa Universitas Negeri Gorontalo, Jumat. Dia melanjutkan, bahasa kawula muda itu akan mengancam Bahasa Indonesia jika digunakan pada forum resmi seperti seminar, perguruan tinggi, sekolah atau dalam tata cara surat menyurat resmi di perkantoran. Namun jika sekedar hanya diigunakan sebagai bahasa pergaulan di media baru yang memilih cara interaksi baru seperti jejaring sosial facebook atau twitter, maka tak ada alasan untuk mengkhawatirkan Bahasa Alay. "Biarkan bahasa gaul itu berinteraksi pada tempatnya, malah, keberadaannya dapat memperkaya kajian para ahli linguistik," kata Suleman, yang tengah menyusun disertasi mengenai penggunaan bahasa gaul di jejaring sosial. Oleh karena itu, demikan Suleman, tidak perlu mengambil langkah berlebihan dalam melindungi Bahasa Indonesia. "Bahasa Indonesia justru akan teruji dan berkembang sesuai jamannya, dengan adanya berbagai ariasi bahasa di sekitarnya," tandasnya.

Sumber: Antara, Jumat, 29 Oktober 2010

Ini Orang di Balik Gugatan Penangkapan SBY

VIVAnews - Nama organisasi separatis Republik Maluku Selatan (RMS) kembali mencuat terkait pembatalan mendadak kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda. Presiden mengungkapkan sejumlah alasan, salah satunya sedang digelar persidangan dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang diajukan oleh RMS. RMS minta pengadilan HAM di negeri itu menangkap SBY saat berkunjung ke Belanda, rencananya Rabu, 6 Oktober 2010. Kata SBY, pembatalan ini demi harga diri bangsa. Tak hanya nama RMS yang mencuat, John Wattilete, Presiden RMS di pengasingan juga mendadak tenar di Indonesia. Dialah yang meminta pengadilan menangkap Yudhoyono.

Siapa John Wattilete?

Pria bernama lengkap Johannes Gerardus Wattilete lahir pada tahun 1955 di Belanda. Dia berdarah campuran dari ayah yang berasal dari Maluku Selatan dan ibunya yang orang Belanda. Pada 1983 dia lulus dari Katholieke Universiteit Nijmegen (Universitas Katolik Nijmegen). Sehari-hari ia bekerja sebagai advokat di firma hukumnya, Wattilete Advocaten di Amsterdam. Ia bergabung dengan organisasi pemuda Maluku di Belanda. Pada 1993 dia menjabat sebagai salah satu pengurus. Posisinya di RMS makin menanjak. Sejak tahun 1995 ia menduduki pos dalam kabinet sebagai Menteri Urusan Umum RMS. Pada tahun 1999 ia sempat pergi ke Indonesia, bahkan dua kali. Ia pergi sebagai delegasi RMS bersama pendeta Otto Matulessy. Pada 18 Oktober, mereka bertemu dengan Presiden Habibie. Dia juga sempat bertemu dengan Presiden Abdurrahman Wahid pada 16 Desember. Pertemuan itu terkait konflik Islam dan Kristen di Maluku. April 2003, John Watilete, menggantikan Pieter Thenu sebagai Perdana Menteri merangkap Wakil Presiden RMS. Pada April 2009, John Wattilete menggantikan Frans Tutuhatunewa yang telah berusia 85 tahun sebagai Presiden RMS. Dia pernah menyampaikan pernyataan yang 'sedikit melegakan' pemerintah Indonesia. Dalam wawancaranya dengan harian Belanda, Nederlands Dagblad, Wattilete menyatakan RMS tidak serta-merta memperjuangkan kemerdekaan Maluku Selatan. Kata dia, RMS sekarang bersedia menerima bentuk otonomi khusus seperti Aceh.

Belanda Masih Pandang Indonesia Eks Jajahan?

Ketua Komisi I bidang Pertahanan DPR Mahfudz Siddiq setuju dan mendukung keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menunda lawatan kerja ke Belanda. Bukan soal keamanan, Mahfudz menilai ini soal martabat bangsa. "Saya melihat, masih ada cara pandang di sejumlah kalangan Belanda yang melihat Indonesia sebagai eks jajahan mereka," kata Mahfudz kepada wartawan, Selasa 5 Oktober 2010. Menurutnya, Belanda pun tahu bahwa Republik Maluku Selatan (RMS) adalah gerakan separatis di Indonesia. Indonesia pun tahu bahwa RMS melakukan pengembangan jaringan selama di Belanda, termasuk penggalangan dana, lobi-lobi politik, sampai advokasi. Mahfudz kemudian mempertanyakan sikap Belanda dengan memberikan ruang bagi RMS, termasuk proses tuntutan RMS di pengadilan Den Haag. Salah satu tuntutan RMS ini adalah pengadilan segera perintahkan penangkapan Presiden SBY jika tiba di Belanda. "Ini kan sama saja membenturkan. SBY tiba di sana dihadap-hadapkan dengan RMS, orang Indonesia yang mengembangkan separatisme," jelas dia. "Terus terang ini masalah martabat." Dia juga mempertanyakan mengapa pengadilan memroses tuntutan RMS itu di saat Presiden SBY akan melakukan lawatan ke negara tersebut. Menurut Mahfudz, pembatalan lawatan presiden merupakan tindakan politik luar biasa yakni memberikan sinyal Pemerintah Belanda. "Kalau ternyata Indonesia itu tidak main-main loh soal RMS." Masalah ini, kata dia, akan masuk dalam pembahasan dalam rapat dengan Menteri Luar Negeri. Selain itu, DPR juga akan membahas masalah Papua karena salah satu agenda kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama adalah Papua. "Setelah DPR reses."

Anas Urbaningrum: RMS 'Dipelihara' Belanda

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunda kunjungan kenegaraan ke Belanda karena adanya ancaman tuntutan penangkapan yang diajukan pentolan Republik Maluku Selatan (RMS) di pengadilan. RMS diduga 'dipelihara' di Negara Kincir Angin itu. "Eksistensi RMS di Belanda sampai sekarang ini mengesankan "dipelihara" atau setidaknya diberi angin oleh pihak Belanda," kata Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum kepada VIVAnews.com, Selasa 5 Oktober 2010. Menurut Anas, Kementerian Luar Negeri dituntut segera meminta penjelasan dari Duta Besar Belanda di Jakarta. Belanda harus mengerti memahami harga diri, marwah, dan kedaulatan Indonesia. Pembatalan kunjungan SBY dikarenakan adanya pengadilan yang akan memutuskan penangkapan terhadap Presiden RI. Kelompok yang salah satunya mengajukan tuntutan penangkapan terhadap Presiden RI adalah Republik Maluku Selatan (RMS). Anas bahkan mengusulkan sebaiknya Presiden mempertimbangkan pembatalan, bukan sekadar penundaan. "Kalau tidak ada penjelasan yang memadai dari pihak Belanda, pembatalan kunjungan adalah alternatif yang perlu dipikirkan," tegas Anas. Seperti dimuat situs berbahasa Belanda, NOS, Sabtu 2 Oktober 2010, Presiden RMS di pengasingan, John Wattilete meminta pengadilan menangkap Yudhoyono atas dugaan pelanggaran HAM. Wattilete juga mempertanyakan di mana kubur salah satu pemimpin RMS, Chris Soumokil -- yang tewas pada 1966 dalam eksekusi yang dilakukan pemerintah Indonesia. Maka itu, Partai Demokrat sebagai partai pemerintah mendukung penuh keputusan penundaan kunjungan kenegaraan SBY ke Belanda. Pihak Belanda dituntut segera memberikan klarifikasi. Saat dikonfirmasi VIVAnews.com, Kedutaan Besar Belanda di Jakarta belum bisa memberikan keterangan terkait pembatalan kunjungan SBY ini. Keterangan dari pemerintah Belanda akan disampaikan pada saatnya. "Kami belum bisa memberikan keterangan atas penundaan keberangkatan Presiden SBY ke Belanda," kata Sekretaris Dua Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia, Edwin Groenendijk saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 5 Oktober 2010. Bahkan salah seorang staf lainnya menyarankan agar peristiwa ini sebaiknya dikonfirmasi langsung kepada Kedutaan Besar RI di Belanda.

Sumber: vivanews.com; 06-10-2010

Kunci Kedatangan Forlan Ada di Tangan Tabarez

VIVAnews - Striker Uruguay, Diego Forlan belum diketahui kepastiannya tampil dalam laga uji coba melawan tim nasional Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat malam mendatang. Tadinya, Forlan dijadwalkan mendarat di Jakarta, kemarin, Selasa 5 Oktober 2010, pukul 17.45 WIB dengan pesawat Lufthansa nomor penerbangan LH 778. Namun sampai tadi pagi, striker Atletico Madrid ini belum menunjukan tanda-tanda akan datang. Bahkan, petugas yang akan menjemput dan mengawal pemain terbaik Piala Dunia 2010 itu terheran-heran saat turun dari pesawat hanya ada Luis Suarez, salah satu striker Uruguay. Saat dikonfirmasi, Ketua Panitia Lokal (LOC), Joko Driyono menyatakan, hingga hari ini, belum mendapat kepastian baik dari Badan Tim Nasional (BTN) maupun PSSI, mengenai keberadaan Forlan. "Saya rasa kami sama-sama cemas, karena belum ada kepastian dan ini dikhawatirkan akan berdampak luas bila batal datang (Forlan)," kata Joko saat dihubungi VIVAnews, Rabu 6 Oktober 2010.

Teki-teki kedatangan mantan pemain Manchester United itu juga belum dapat dipecahkan pihak BTN yang mengaku masih menunggu kabar dari sang pelatih Uruguay, Oscar WashingtonTabarez. "Sejauh ini kunci kedatangan Forlan tampaknya ada di tangan sang pelatih Oscar Tabarez. Tapi memang saat dikonfirmasi, Tabarez agak tertutup soal ini," kata Iman Arif ketika dihubungi VIVAnews. Tetapi, sejauh ini, BTN sudah melalukan koordinasi dengan ofisial tim Uruguay bahwa Forlan akan datang. "Begitu juga kubu Atletico Madrid saat dikonfirmasi menyatakan Forlan sudah terbang menuju Indonesia," tuturnya. Dia menegaskan bahwa terlambatnya Forlan tiba di Indonesia lantaran terbentur masalah keamanan, sehingga kedatangannya juga sangat dirahasikan. Pagi ini, tim Uruguay sudah menggelar latihan tertutup di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, mulai pukul 10.00 WIB. Forlan juga belum terlihat dalam latihan ini. Dan besok, Kamis, mereka akan melakukan uji lapangan di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Calon Pemain Naturalisasi Masih Bimbang

Meski masih bimbang dalam mengambil keputusan untuk menjadi Warga Negara Indonesia, bek Tobias Waisapy mengaku senang bisa membantu Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Bersama John van Beukering, Tobias menjadi dua pemain keturunan yang berpeluang unjuk kebolehan saat Timnas Indonesia menghadapi Uruguay pada laga ujicoba di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat 8 Oktober 2010. Tobias pun mulai ikut latihan bersama skuad Timnas Belanda di Lapangan C, Senayan, Selasa 5 Oktober 2010 sore. Dan bek 22 tahun itu mengaku menikmati debut latihan bersama tim Merah Putih. Tobias sendiri terkesan bimbang ketika ditanya keseriusan membela Timnas Indonesia. Pemain yang membela klub Liga Belanda Eredivisie, SBV Excelsior, ini mengaku hanya waktu yang bisa menjawab apakah dirinya akan menjadi pemain Timnas Indonesia atau tidak. "Suatu kehormatan bisa bermain dengan Timnas Indonesia. Saya berharap teman-teman lainnya di Belanda bisa membantu Indonesia," pungkas pemain berdarah Ambon yang bisa bermain di posisi bek kiri dan winger ini. "Saya ingin membantu Indonesia dan bisa memberi sesuatu bagi Indonesia. Kita lihat saja apa yang terjadi pada saya. Saya tidak bisa memastikan apa pun saat ini," kilah Tobias. Dengan usia 22, Tobias memang masih berpeluang membela Timnas Belanda. Meski begitu, bek yang bisa sedikit bisa berbahasa Indonesia ini tetap mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat melakoni latihan bersama Timnas Indonesia.

'Pemain Indonesia Pendek-pendek'

Mewujudkan impian sang kakek menjadi motivasi John van Beukering membela Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Striker 27 tahun ini ingin membanggakan almarhum kakeknya. Ada pemandangan berbeda ketika Tim Nasional (Timnas) Indonesia menjalani latihan di Lapangan C, Senayan, Jakarta, Selasa 5 Oktober 2010 sore. Ada sosok pemain bule yang tinggi dan tegap di antara pemain-pemain Indonesia lainnya. Ya, pemain itu adalah John van Beukering, salah satu pemain keturunan yang didatangkan PSSI dan Badan Tim Nasional (BTN) jelang laga ujicoba melawan Uruguay di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jumat 8 Oktober 2010. Setelah tiba di Jakarta kemarin malam, Van Beukering ikut menjalani latihan bersama Timnas Indonesia sore tadi. Striker yang musim lalu membela Go Ahead Eagles di Divisi Satu Liga Belanda itu berusaha beradaptasi dengan kondisi cuaca dan pola latihan yang diterapkan pelatih Alfred Riedl. "Mesti banyak minum, tapi cuaca di sini bagus. Tidak ada masalah. Mudah-mudahan setelah dua atau tiga hari saya bisa semakin beradaptasi," ujar striker kelahiran Velp, Belanda, 29 September 1983 itu. "Latihan berjalan dengan bagus, banyak latihan menembak yang bagus untuk seorang striker seperti saya. Pemain Indonesia juga bagus, mereka pendek-pendek tapi punya teknik yang baik. Mudah-mudahan ke depannya Indonesia punya pemain yang lebih tinggi lagi. Komunikasi tidak ada masalah, beberapa pemain Indonesia bisa bahasa Inggris." Ketika ditanya mengenai motivasi untuk membela Timnas Indonesia, Van Beukering mengaku salah satu alasannya adalah untuk mewujudkan impian kakeknya. "Kalau saya tidak serius (ingin membela Timnas Indonesia), mengapa saya mau datang jauh-jauh ke sini. Saya ingin mewujudkan impian kakek saya. Dia dari Jakarta dan memimpikan saya bisa menjadi pemain Indonesia," pungkas Van Beukering. "Mudah-mudahan saya bisa cepat membela Indonesia, dan meski dia sudah meninggal, saya harap dia bisa bangga di atas sana melihat saya membela Indonesia." Van Beukering kemudian berharap bisa membuktikan kemampuannya di depan masyarakat Indonesia dengan diberi kesempatan bermain melawan Uruguay. "Pertandingan melawan Uruguay akan sulit. Mudah-mudahan saya bisa diberi kesempatan bermain dan mencetak gol. Kita lihat saja nanti," kata Van Beukering.

Sumber: Vivanews.com, 06-10-2010